Powered by Blogger.
RSS

CALL OF DUTY BLACK OPS


CALL OF DUTY BLACK OPS
2DVD = Rp. 40.000,00 
(BEST SELLER)

Ada banyak ketidakpastian yang menyelubungi titel terbaru dari Call of Duty saat dirilis. Para gamer tentunya tahu bahwa sejak edisi ketiganya Call of Duty dipegang oleh dua developer silih berganti: Infinity Ward dan Treyarch. Sial bagi Treyarch karena kedua game yang mereka ciptakan Call of Duty 3 dan Call of Duty: World At War dianggap sebagai game yang bagus tetapi tidak bisa menyamai kualitas game-game Call of Duty keluaran Infinity Ward. Saya pribadi belum memainkan Call of Duty 3 tetapi bila disuruh membandingkan antara World At War dengan Modern Warfare maupun Modern Warfare 2 maka memang game garapan Treyarch itu kalah kelas.

Masalah muncul ketika awal tahun ini publisher Activision berseteru dengan Infinity Ward. Buntut dari kekisruhan ini adalah keluarnya Infinity Ward dari Activision dan melompat ke EA. Ini semua membuat para gamer meletakkan harapan pada Treyarch yang tengah dalam tahap penyelesaian game Call of Duty: Black Ops. Para gamer (termasuk saya) menanti-nanti dengan cemas mengenai bisa tidaknya Treyarch melebihi – atau setidaknya menyamai – kualitas dari entri Call of Duty karya Infinity Ward. Nah bisakah Treyarch membuktikan dirinya?

No Details Released
Kamu mengawali game sebagai Alex Mason yang telah tertangkap oleh pihak misterius. Kamu disesah, disiksa, dan dipaksa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kamu tidak tahu jawabannya. Dari sini kamu mulai menjalankan misi-misimu secara flashback, dan perlahan membongkar misteri demi misteri mengenai siapa sebenarnya dirimu, siapa yang menangkapmu, apa maksud penahananmu, dan bagaimana memorimu bisa menyelamatkan dunia dari pecahnya perang dunia ketiga.



Menyingkir GI Joe. It's time for Black Ops!
Cara penyampaian cerita melalui flashback bukan metode orisinil dalam sebuah game, tetapi toh ini merupakan cara yang cukup efektif (dan cukup berbeda) dibandingkan dengan entry pada serial Call of Duty sebelumnya. Treyarch mengambil pendekatan cerita yang berbeda dengan dua seri Modern Warfare yang ditangani oleh Infinity Ward. Dalam dua game tersebut kisah dalam game lebih seperti film aksi berbudget raksasa dengan mementingkan style di atas substance. Black Ops – sesuai dengan namanya – lebih berat di sisi intrik politik dan memiliki beberapa twist-twist yang cukup cerdas dalam pergerakan plot campaign-nya. Kalau kalian merasa jalan cerita game ini lebih berbobot itu karena Activision maupun Treyarch tidak mau setengah-setengah. Tidak tanggung-tanggung mereka menyewa David S. Goyer sebagai penulis naskah. Buat gamer yang tidak tahu, Goyer adalah sosok yang menulis cerita film-film blockbuster macam The Dark Knight dan serial TV FlashForward.

The Dark Side of the 60s
Mengingat ini adalah Call of Duty pertama yang bersetting di masa Perang Dingin maka jelas bahwa ada banyak sekali lokasi baru yang bakalan dijelajahi oleh gamer. Misi pertama saja sudah membawamu di Kuba dengan tujuan membunuh sang calon diktator Fidel Castro. Memori demi memori yang kamu ingat membawamu ke berbagai lokasi eksotik seperti Vietnam, Laos, bahkan daerah Kowloon di Hong Kong. Oleh karena itu game ini tidak pernah terasa membosankan dengan menawarkan lokasi yang berbeda-beda. Di satu level kita berpetualang di tengah rawa-rawa menghabisi para Vietcong dan di level lain kita berlompatan dari genteng-genteng di rumah-rumah Kowloon menghindari serangan musuh.



Bang! Bang! Bang!
Di luar areanya sebenarnya Black Ops tidak menawarkan sesuatu yang baru. Kalian-kalian yang sudah familiar dengan tipe game FPS macam ini bakalan langsung memegang memainkannya tanpa kesulitan. Tembak semua musuh yang bergerak, pindah menuju ke area baru, siap-siap mengikuti jalan cerita, dan tembak lagi semua musuh yang ada di layar. Toh gameplay sederhana ini diikuti oleh AI musuh yang makin cerdas. Walau hanya pada level Reguler saja saya berulang kali mati kalau bertindak terlalu ceroboh. Musuh tanpa ampun akan memberondongi dengan timah panas jadi jangan harap bisa beraksi bak Rambo di sini. Tentu saja Black Ops juga memberi tambahan-tambahan baru (tapi kecil) yang mungkin bakalan disukai para gamer; salah satu yang paling berkesan buatku adalah mengendalikan helikopter. Kalau biasa di game sebelumnya saya yang di tanah dan dibantu helikopter kini saya yang di atas membantu rekan-rekan saya di bawah!



Kalau mau disebut kekurangan dari Black Ops ada pada set piece actionnya yang biasa saja. Game ini juga tidak memiliki faktor pengejut sebagaimana dua game Modern Warfare. Para gamer ingat tidak kejatuhan nuklir di Modern Warfare? Pembantaian Airport Modern Warfare 2? Naik motor salju di stage 2 Modern Warfare 2? Adegan-adegan keren seperti itu bagi saya tidak termaksimalkan di game ini. Beberapa memang mencengangkan – apalagi karena Black Ops memiliki kualitas grafis amat sangat mumpuni – tetapi ketika stage tersebut sudah rampung saya pun tak lagi ingat mengenainya. Mode Campaign dalam game ini sendiri cukup panjang dan memakan waktu sekitar 6 – 8 jam untuk ditamatkan, tergantung dari keahlianmu. Play Time utama game ini sendiri tentunya terletak pada opsi Multiplayernya, walaupun mode Zombie bisa coba kamu mainkan sebagai epilog tambahan game ini (mode ini hanya untuk fun, coba perhatikan kata-kata John F. Kennedy yang kocak dan pidatonya dipelintir-pelintir!).

Visually Stunning!
Luar biasa. Kualitas audio visual dalam game Black Ops membuat saya terperangah ketika memainkannya. Psstt… buat kalian yang main di komputer:  game ini cukup berat untuk dimainkan kalau graphic card kalian pas-pasan. Buktikan sendiri keindahan game ini ketika kamu tengah mengudara dan melihat hutan sungai Vietnam yang terbentang. Atau ketika kamu tengah mengendap-endap di dalam semak-semak saat di Kuba.
Untuk musiknya, Black Ops ditangani sepenuhnya oleh Sean Murray yang juga bertanggung jawab atas musik Call of Duty: World At War. Kalau boleh jujur saya masih lebih suka musik garapan Hans Zimmer dan Lorna Balfey di Modern Warfare 2; terutama saat scene pengakhiran yang terasa megah dan heroik. Musik Murray sendiri tidak jelek tetapi entah kenapa suka tidak sinkron dengan situasi di gamenya, salah satu kesalahan terfatalnya adalah musik saat even akhir game yang benar-benar kurang greget.


Kill the Vietcongs!
Untungnya segi audio game ini masih terselamatkan para pengisi suara di dalamnya. Kebanyakan pengisi suara di sini adalah nama-nama jempolan seperti: Sam Worthington, Gary Oldman, Ed Harris, Ice Cube, Topher Grace, Emmanuelle Chriqui, dan banyak lagi. Mereka adalah aktor-aktor unggulan yang mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik. Acungan jempol terutama untuk Gary Oldman yang mampu menghidupkan ulang karakter Reznov yang juga ia perankan di World At War.

So my verdict is… kalau kamu penggemar FPS tunggu apa lagi? Call of Duty: Black Ops mengenyahkan rasa khawatir dalam diriku akan masa depan franchise ini. Selama Treyarch bisa mengeluarkan game bermutu seperti ini, ia takkan dianggap developer kelas dua di belakang Infinity Ward lagi!

Final Verdict
Gameplay: 9.0
Kontrol yang solid dipenuhi dengan pertarungan seru dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Dan semuanya pun didukung dengan cerita penuh intrik dan misteri.
Graphic / Sound: 9.0
Satu-satunya kekurangan game ini adalah mereka tidak menyewa komposer yang lebih bonafit untuk menangani scene-scene cinematic game ini. Kenapa tidak? Metal Gear Solid memakai jasa Harry Gregson-Williams dan Call of Duty sendiri menggunakan bantuan Hans Zimmer!
Play Time: 10
Ini tergantung punya tidaknya kamu saluran internet untuk bermain multiplayer. Tanpa Multiplayer kamu hanya punya mode Campaign dan Zombie dan keduanya memiliki waktu permainan yang cukup signifikan. Saya pribadi menamatkan game ini dalam waktu 7 jam.
Overall: 9.3

Game Details
Developer: Treyarch
Publisher: Activision
Genre: Action / FPS

sumber : http://tukangreview.com/2010/11/30/call-of-duty-black-ops/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS